Selasa, Agustus 16, 2016

Kritis Membaca Riset (Berita tentang suatu Riset):”Religious Kids Are More Selfish Than Non-Religious Kids, Study Says” (bag 1).

Beberapa waktu lalu saya sempat upload link berita mengenai hasil riset di atas. Tujuan saya yang utama adalah ... iseng... mohon maaf ... Saya ingin melihat reaksi teman-teman ketika membaca berita tersebut. Sayangnya memang tidak banyak yang memberikan respon. Entah karena timing nya kurang pas atau memang tidak terlalu menarik atau terlalu ‘menantang’.  Keinginan atau keisengan ini muncul karena cukup sering saya membaca teman-teman share tentang berita mengenai suatu riset begitu saja tanpa mengkritisi-nya dengan baik, termasuk mengevaluasi apakah memang berita mengenai riset tersebut pantas dikonsumsi / dipercayai.  Dan komentar-komentar yang muncul biasanya juga ramai sekali, tetapi nyaris tidak satupun yang didasarkan pada hasil evaluasi memadai dari metode yang digunakan dalam riset itu sendiri. Yang biasa saya temukan, para ‘ahli’ ini berteori ini dan itu, berdebat ini dan itu tanpa pernah sekalipun membaca risetnya itu sendiri. Jadi yang diperdebatkan apa? eng.... tanya sama para ‘ahli’ itu saja ya... 

Nah, dari pengalaman tersebut dan pengalaman mengupload berita ini, saya ingin menyarankan, jika diperkenankan, apa yang sebaiknya dilakukan ketika membaca atau mendengar ‘berita tentang hasil riset mengatakan ...’. 

  • Tanyakan atau cari terlebih dulu artikel asli yang merupakan laporan riset tersebut. Kalau ada orang berkata riset ini menunjukkan ini dan itu, harusnya dia juga baca dong risetnya. Jadi tanya saja, mana risetnya? Apa judulnya? Terbit di mana? Bisa minta copynya nggak? Atau kalau terbit di berita seperti ini, gunakan google scholar untuk mencari artikelnya.
  • Kalau sudah diberikan artikel nya, coba cek dulu artikel ini yang nerbitin siapa atau lembaga apa? Apakah artikel ini terbit di jurnal yang proses publikasinya melalui peer review (artikel direview terlebih dulu oleh sejawat baik secara terbuka atau tertutup sebelum diputuskan untuk diterbitkan)? Mengapa ini penting? Karena review sejawat inilah yang menjadi salah satu kontrol baik isi maupun metode dari penelitian yang dijalankan. Meskipun tidak selalu artikel yang terbit di jurnal yang peer-reviewed pasti baik dan sebaliknya artikel yang terbit di jurnal yang tidak peer-reviewed pasti tidak baik. Namun demikian, dalam hal tingkat kepercayaan subjektif, jurnal dengan peer review memiliki tingkat ‘dapat dipercaya’ yang lebih tinggi daripada yang tanpa peer review.
  • Nah, kalau sudah dicek dan ternyata artikel ini terbit di jurnal yang peer-reviewed, lalu? Ya dibaca. Ada kecenderungan yang saya amati, kalau mahasiswa (akademisi juga mungkin ya? hehe...) membaca jurnal, biasanya baca introduction terus loncat ke discussion atau conclusion, melewatkan bagian paling nyebahi : metode penelitian (apalagi baca bagian analisis statistik... No Way!). Padahal bagian ini merupakan bagian yang sama penting (jika tidak bisa dibilang paling penting) dari suatu laporan penelitian. Bagian ini yang seringkali menjadi dasar untuk menentukan seberapa besar kita bisa mempercayai hasil penelitian. Tanpa membaca bagian ini, kita tidak akan mendapatkan informasi memadai untuk, misalnya, menilai validitas internal dan eksternal penelitian ini, menilai apakah kesimpulan hasil analisisnya dapat dipercaya, termasuk kekuatan dan keterbatasan penelitian ini. Informasi di bagian ini juga-lah yang dapat dijadikan dasar untuk menilai apakah kesimpulan hasil riset dapat dipertanggunjawabkan dan pada akhirnya apakah klaim yang dinyatakan dalam riset ini atau berita yang memuat riset ini dapat dipercaya sebagai ‘benar’.
Saya pikir tiga langkah itu merupakan langkah-langkah minimal yang seharusnya dilakukan sebelum mensharing-kan atau mengomentari suatu artikel hasil penelitian, apalagi hanya beritanya saja.
Karena judul notes nya seperti itu, nanti di bagian kedua akan saya bahas seperti apa riset yang diacu oleh berita yang pernah saya share dulu.