Selasa, Agustus 16, 2016

Kritis Membaca Riset (Berita tentang suatu Riset):”Religious Kids Are More Selfish Than Non-Religious Kids, Study Says” (bag 2).

Pada bagian 2 ini saya akan membahas sedikit seperti apa riset yang diacu oleh berita di atas.    Baiklah mari kita mulai dengan melalui 3 tahapan mengkritisi berita tentang hasil riset terlebih dulu: 

  1. Apakah ada penelitiannya? Ya. Berita itu didasarkan pada penelitian yang benar-benar ada dan dapat diakses serta dibaca. Terbit di jurnal Current Biology, tahun 2015, dengan no doi sebagai berikut:  http://dx.doi.org/10.1016/j.cub.201...  (DOI: digital object identifier). 
  2. Siapa penerbitnya dan apakah ini peer-reviewed journal? Jurnal ini diterbitkan pertama kali oleh kelompok Current Science pada tahun 1991, kemudian diambil alih oleh Elsevier di tahun 1998 dan menjadi bagian dari Cell Press sejak tahun 2001 (sumber: wikipedia, link:https://en.wikipedia.org/wiki/Curre...). Jurnal ini merupakan jurnal yang peer-reviewed. Impact factor-nya tergolong lumayan besar (9.571 di tahun 2014). Jadi bisa dibilang jurnal ini merupakan terbitan yang lumayan bergengsi. Apakah ini berarti kita bisa percaya sepenuhnya isi dari artikel ini? Tidak juga. Kita perlu baca isinya lebih detil. 
Nah saya sudah membacanya beberapa waktu lalu dan sempat mendiskusikannya dengan beberapa teman. Ada beberapa poin catatan yang saya peroleh dari bacaan ini:
  • Artikel ini masih in press, jadi yang dapat diakses baru bagian hasil penelitian dan diskusi dan kesimpulannya. Oleh karena itu cukup banyak hal yang belum jelas terkait dengan prosedur lengkap dalam penelitian ini. 
  • Metode yang digunakan semi-survey (meskipun dalam artikel dituliskan ada prosedur eksperimen. Namun demikian sebenarnya tidak ada manipulasi VI dan tidak ada random assignment). Rasanya memang tidak memungkinkan riset ini dijalankan dengan metode eksperimen. Oleh karena itu, seharusnya hubungan kausal antara variabel independen (VI) dan variabel dependen (VD) tidak dapat ditegakkan secara meyakinkan.  Namun demikian si penulis agak gegabah menggunakan kata affect atau bahkan influence yang mengindikasikan sebab-akibat. Meskipun tidak sepenuhnya salah, tetapi karena tidak adanya manipulasi VI, pembaca seharusnya diberi peringatan mengenai hal ini: validitas internal penelitian ini tidak terlalu meyakinkan.
  • Definisi dari VI yang menurut saya tidak konsisten: Variabel Independen dalam penelitian ini apakah religion atau religious rearing environment? Ketidak-konsisten-an ini bisa berdampak pada validitas pengukuran-> anak ditanya tentang ia dibesarkan dalam keluarga apa atau apa agamamu? Saya pribadi belum bisa melihat bahwa pembedaan ini akan berdampak besar terhadap hasil penelitian. Tapi ini satu hal yang perlu dicatat juga rasanya. Altruisme juga sepertinya diukur hanya dengan menggunakan perilaku berbagi , yang mungkin akan menimbulkan pertanyaan tentang validitas konstruknya. ‘Meanness’ (semacam sifat kejam) tidak terlalu gamblang dijelaskan pengukuran seperti apa yang dilakukan dan bagaimana skor diperoleh.
  • Peneliti melakukan beberapa analisis dalam penelitian ini. Mari kita lihat satu demi satu. Analisis yang pertama adalah uji-t sampel independen dari mean sharing (altruisme) antara mereka yang dibesarkan dalam lingkungan agama tertentu dengan yang ‘tidak beragama’. Hasil pengujiannya sangat signifikan dengan p lebih kecil dari 0.001. Namun demikian ada dua hal yang perlu dicatat: (1). Selisih mean antara yang religius (3.25) dan non-religius (4.11) sebesar 0.86. Dengan SD sebesar 2.46 (religius) dan 2.48 (non-religius), perbedaan mean sebesar itu dianggap masuk dalam kategori besaran efek yang kecil hingga medium (0.86/2.46=0.35, untuk kategori medium=0.4, kecil = 0.2). (2). Standard deviasinya cenderung besar untuk kedua kelompok. Ini menggambarkan tingkat variasi tergolong besar (Coefficient of Variation (CV)=2.46^2/3.25 = 1.86 untuk religius, jauh lebih besar dari .1 yang dianggap ‘wajar’). Ilustrasi dapat dilihat dalam gambar 1 (overlap antar dua kelompok cenderung besar). Dampak dari kondisi seperti ini (ukuran efek kecil dan besarnya SD) adalah masalah replikasi: pada penelitian replikasi bisa terjadi efek berbalik atau tidak ada efek.
  • Permasalahan lain terkait dengan uji-t ini adalah pengecekan apakah data memenuhi asumsi baik distribusi maupun homogenitas varian. Untuk asumsi kedua, sekilas sepertinya tidak ada masalah karena perbedaan SD yang tidak terlalu besar. Namun demikian informasi mengenai bentuk distribusi ini penting karena jika bentuk distribusi kedua kelompok berkebalikan, maka sangat mungkin hasil yang diperoleh ‘menipu’ (seharusnya tidak signifikan tapi terlaporkan signifikan).
  • Analisis berikutnya adalah regresi dengan model: Sharing = usia+negara asal+SES+religion identification (dummy coded). Sekali lagi religion identification memiliki koefisien yang signifikan (b=-.132 (standardized), p<.001). Dalam hal ini lagi-lagi tidak dicantumkan apakah ada pengecekan asumsi regresi. Ada sedikit masalah teknis dalam pelaporan penelitian ini: nilai b yang dilaporkan adalah standardized, disertai nilai p, padahal nilai b yang standardized belum ada cara untuk menguji-nya (sudah sih tapi belum populer). Nah tidak cukup jelas apakah memang peneliti menggunakan cara yang masih baru ini atau tidak. Jika tidak maka nilai yang dilaporkan keliru.
  • Selain itu, nilai r kuadrat untuk keseluruhan model = 0.184. Ini berarti kemampuan model yang diajukan untuk menjelaskan variasi dari sharing (mengapa anak satu share lebih banyak dari yang lain) tergolong kecil: hanya 18.4% variasi saja yang dapat dijelaskan. Ini berarti religion identification akan memiliki kemampuan yang lebih kecil lagi. Selain itu, dapat dilihat bahwa age memiliki b = 0.39 yang berarti lebih besar daripada religion identification. Ini berarti usia memiliki peran lebih besar dibandingkan identifikasi keagamaan untuk menjelaskan variasi sharing pada anak.
  • Analisis berikutnya adalah korelasi product moment antara altruism dengan frekuensi melakukan praktek religius (r=-0.161), spiritualitas dalam keluarga (r=-0.179), dan religiousness secara umum (r=-0.173). Ketiganya memperoleh nilai p < 0.001. Namun demikian, dapat dilihat juga bahwa angka korelasi antara ketiga variabel ini dengan altruisme tergolong kecil (|r|
  • Analisis berikutnya kurang lebih memiliki masalah yang sama dengan yang sebelumnya: pengecekan asumsi yang kurang dipaparkan apakah telah dilakukan dan effect size yang kecil.

Nah saya sudah membacanya beberapa waktu lalu dan sempat mendiskusikannya dengan beberapa teman. Ada beberapa poin catatan yang saya peroleh dari bacaan ini:
Jadi? Ada beberapa hal yang perlu diperjelas dalam artikel tersebut untuk membuat hasil penelitian ini menjadi lebih meyakinkan. Agak terlalu dini untuk menyatakan penelitian ini salah atau benar. Namun demikian, terlepas dari indecisiveness saya, kiranya ada sikap-sikap yang lebih bijak dalam menyikapi hasil riset ini. Saya pribadi menyukai salah satu komentar dari teman yang menyatakan bahwa kita perlu introspeksi juga terkait hasil ini. Jangan-jangan kita memang mengajarkan / mensosialisasikan agama dengan cara yang keliru sehingga mungkin saja anak-anak kita justru jadi kurang altruis (Terima kasih, Mas David Agus Widarto atas komentarnya).
That’s all guys! Butuh waktu lama untuk berpikir dan menulis segini banyak. Buat saya pribadi, ini berarti memang tidak mudah menyusun argumen yang kokoh yang didasarkan pada temuan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Tapi tentunya mudah sekali bikin argumen yang diramu dengan cucoklogi plus imajinasi nan liar tanpa kaidah logika yang memadai. Semoga tulisan ini bisa membantu negara dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa... Amin.

2 komentar :

Unknown mengatakan...

Anda Kebingungan Dan Kesulitan Menyelesaikan Skripsi, Tesis, Disertasi
Karena Pusing Mikirin Olah Data Analisis Statistika Dengan SPSS, AMOS
LISREL, EVIEWS, SMARTPLS, DEA
Serahkan Dan Percaya Kepada Kami.
Kami Siap Bantu Anda.
Olah Data Semarang (Timbul Widodo)
WA : +62 852-2774-6673
IG : olahdatasemarang

Unknown mengatakan...

Strange "water hack" burns 2lbs overnight

At least 160000 women and men are hacking their diet with a simple and secret "water hack" to burn 2lbs each night as they sleep.

It is very easy and it works with everybody.

This is how you can do it yourself:

1) Go grab a glass and fill it with water half full

2) And then follow this strange HACK

and be 2lbs thinner as soon as tomorrow!